KEBIJAKAN PUBLIK
PK KAMMI Al-Aqsho UNSRI
Emansipasi
Muslimah di Era Globalisasi
Forum diskusi yang bertema “Emansipasi
Muslimah di Era Globalisasi” rampung digelar oleh dua organisasi yang saling
bekerja sama, pada tanggal 22 April 2014 bertempat di Mushola Lantai 1 Dekanat
FASILKOM. PK KAMMI Al-Aqsho dan LDF Wi-Fi FASILKOM mampu berkalaborasi sehingga
kegiatan tersebut terlaksana dengan menyandang predikat sukses. Kegiatan Forum
Diskusi ini dihadiri oleh 52 Mahasiswi Muslim Universitas Sriwijaya. Kegiatan
ini menghadirkan dua pembicara kondang, Dra. Sri Kartika dan Amalia.
Dari materi yang disampaikan pembicara, dapat
memberikan pencerahan kepada peserta terkait emansipasi muslimah di era
globalisasi. Berbicara emansipasi, tentunya tidak terlepas dari pahlawan
emansipasi perempuan yaitu, R. A Kartini. Beliau amat cerdas dan berani memberikan
saran dan kritik pada kebijakan pemerintah Belanda.
Perjuangan R. A. Kartini dilatarbelakangi
karena pada zamannya, perempuan hanya sebatas sebagai seorang istri, mengasuh
anak, dan mengurus pekerjaan rumah tangga. Pada masa itu, perempuan tidak
memiliki hak dalam mengenyam pendidikan sehingga terlihat jelas perbedaan
intelektual antara suami-istri. Padahal dalam mengasuh dan mendidik anak
membutuhkan peranan seorang ayah dan ibu yang berpendidikan sehingga dapat
melahirkan generasi penerus yang cemerlang.
R. A. Kartini ingin memajukan kaum perempuan yang dimulai dari
pendidikan, bukan berarti menganggap pekerjaan rumah tangga itu rendah. Namun, dewasa
ini emansipasi perempuan disalahartikan.
Awalnya, Pemikiran Barat menjadi kiblat
Kartini. Pendidikan Barat telah mengajarkan pada Kartini bahwa Timur lebih rendah
dari Barat. Ketidaksetujuan Kartini terhadap kesenjangan ini mampu mendongkrak keinginanya untuk menyetarakan kedudukan bangsa Barat dan
Timur. Sehingga, Beliau pun merasa perlu mengejar ilmu ke Barat.
Seiring berjalannya waktu, Kartini mendapat
hidayah untuk belajar Islam pada KH. Moh. Sholeh bin Umar (ulama dari Darat,
Semarang). Ulama tersebut menerjemahkan Al-Quran dalam bahasa Jawa sampai 13
Juz. Setelah memahami makna yang terkandung dalam Al-Quran versi Jawa, Kartini
terinspirasi untuk menulis buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”,
yang bersumber dari Al-Quran surat Al-Baqaroh ayat 257, yang artinya “Allah
yang telah membimbing orang-orang yang beriman dari gelap pada cahaya”. Pada akhirnya, Kartini mengubah arah
pandang dari Barat menjadi Islam, seperti menentang semua praktik kristenisasi
di Hindia Belanda dan memperbaiki citra Islam di mata penguasa dan penjajah
Belanda.
Emansipasi yang dicanangkan oleh Kartini ini
sungguh mulia, namun saat ini emansipasi disalahartikan sehingga memandulkan
perjuangan Kartini yang sebenarnya dan melencengkan dari yang diharapkan oleh
Kartini. Kartini menginginkan perempuan mendapatkan pengajaran dan pendidikan
bukan menjadi saingan lai-laki, akan tetapi supaya kaum perempuan lebih cakap melaksanakan
kewajibannya menjadi ibu, sebagai pendidik manusia pertama.
Di era globalisasi ini, kita selaku Muslimah
diperbolehkan berkarya di luar rumah, namun tetap ada batas-batas yang tidak
boleh dilanggar, mendapat izin suami (bagi yang sudah bekeluarga) dan tidak
menyalahi kodrat sebagai perempuan. Berkarya yang bersifat positif dan
mendatangkan kebermanfaatan. Jangan sampai mendzolimi diri sendiri, seperti
menjadi bina ragawati, ikut serta kontes kecantikan dengan penampilan yang terlalu bebas sehingga
melemahkan martabat wanita secara perlahan, dll. Muslimah harus mengutamakan tugas
utamanya yaitu mengurus keluarga dan mendidik anaknya sebagai generasi penerus
bangsa.