MENJADI MAHASISWA IDEAL


Oleh : Suharwijoyo
Ketua Umum KAMMI Al-Aqsho 2012-2013


Suharwijoyo
Ketua Umum KAMMI Al-Aqsho 2012-2013
Ketika  SAYA menjadi Mahasiswa baru hati merasa senang dan bangga. Disamping itu perasaan sedih, ketika  banyak teman-teman waktu SMA yang tidak bisa kuliah. Banyak pertimbangan, ada factor ekonomi, social dll. Tapi saya sudah diberi kesempatan untuk kuliah. Dan ketika itu perasaan saya menjadi takut, karena berpikiran nanti saya tidak bisa mengejar prestasi pada waktu kuliah. Semua itu adalah ilustrasi ketika kita menjadi Mahasiswa Baru.
                 Apa yang dimaksud mahasiswa ideal. Karena sekarang saya baru saja menjadi mahasiswa di kampus Universitas sriwiajaya. Apa yang perlu saya ketahui dibalik nama Mahasiswa dan Ideal. Yang penting saya mengerjakan proses perkuliahan dengan baik. Dan pesan orang tua,“nak kuliah
yang rajin, jangan bermain terus dan bergaul sama orang jangan sembarangan orang. Bapak sama ibu ingin kamu cepat selesai kuliahnya nak. Biar nanti cepat tamat dan dapat pekerjaan”. Itu pesan orang tua, ketika kita menjadi mahasiswa baru.Dan kita hanya bisa menerima, karena belum mengetahui, tentang apa peran dan tanggung jawab menjadi mahasiswa.pesan orang tua itu sebenarnya ingin anaknya menjadi mahasiswa yang ideal,menurut orang tua.Karena kita diperlakukan sama dengan zaman dahulu.,hee. Dan sebenarnya kita sudah menjadi mahasiswa Ideal, karena sudah melalui proses yg panjang untuk masuk PTN. Ada lewat Jalur undangan dan jalur tertulis/SNMPTN. Jadi bisa dibilang kita sudah menjadi mahasiswa ideal karena sudah banyak mengalahkan beribu saingan untuk masuk PTN.waaaahh. apa itu sudah cukup menjadi mahasiswa ideal, BELUM. Masih ada peran mahasiswa sebagai pemuda yang berintelektual, aktif dan berani.
Pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan. Seharusnya pepatah tersebut mampu menggelitik kaum muda, khususnya mahasiswa. Peran mahasiswa sebagai pemuda-pemudi  harapan bangsa sangat penting, sehingga mereka pun disebut-sebut sebagai agent of change, iron stock, creativity minority.
Intelektual organis yang harapannya dapat menjadi pribadi yang kritis, idealis, solutif, dan aplikatif. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata baik di tataran kampus, masyarakat, maupun nasional. Mengapa paradigma ini perlu? Jika mahasiswa cuek terhadap perkembangan suatu kebijakan kampus ataupun negara dan ternyata kebijakan tersebut merugikan rakyat, siapa yang akan melakukan penentangan dan pengritisan? Orang miskin, tukang becak atau pengusaha?
Mahasiswa merupakan golongan elit di bangsa ini. Dari sekian banyak pemuda di negeri ini, merekalah yang memiliki kapasitas keilmuan lebih dari sisanya. Sebenarnya, merekalah yang paling bisa diharapkan untuk memimpin perubahan bangsa ini. Dan pada kenyataannnya memang bangsa ini berharap pada mereka, walaupun bangsa ini tidak menyadarinya. Karena itu, mahasiswa, telah dibebani tiga buah peran: 1) agen perubahan, 2) Social control, dan 3) cadangan masa depan. Mahasiswa ideal adalah mereka yang dapat menyadari, memahami, dan menjalankan peran yang diberikan kepada mereka dengan sebaik-baiknya. Diperlukan kapasitas yang cukup untuk menjalankan peran-peran tersebut dengan baik. Ada tiga kelompok besar kapasitas yang diperlukan: 1) kapasitas akhlak dan moral, 2) kapasitas sosial politik, 3) kapasitas keilmuan dan keprofesian.
Mahasiswa  Agen perubahan dituntut untuk memberikan pengaruh kepada manusia yang lain sehingga perubahan itu dapat terjadi di sekitarnya. Ini menuntut adanya pengetahuan yang cukup tentang manusia. Di sinilah letak pentingnya  kapasitas sosial politik. Agar para agen tersebut dapat berkomunikasi secara baik  dengan manusia lainnya untuk menyampaikan gagasan perubahan yang dibawanya serta efektif dalam merekayasa perubahan sosial di sekitarnya.  Mahasiswa sebagai penjaga nilai memerlukan kapasitas akhlak dan  moral yang baik. Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa akar permasalahan yang ada di bangsa ini adalah busuknya moralitas. Mahasiswalah yang masih dianggap idealis untuk mengatakan yang benar itu benar dan salah itu salah. Karena mahasiswa dinilai tidak memiliki kepentingan politis dalam memperjuangkan apa yang dikatakannya.
Sebagai cadangan masa depan, mahasiswa yang akan mengisi pospos kepemimpinan negeri ini. Mereka adalah calon ilmuan, insinyur, dokter, menteri, jaksa, polisi, presiden, dsb. Untuk dapat memimpin, kemampuan retorika dan moralitas yang baik saja tidak cukup Melainkan diperlukan juga kompetens konkret yang  mumpuni di bidang masing-masing. Semakin banyak bidang yang kita unggul di dalamnya, semakin banyak bahasa yang bisa kita gunakan untuk membahasakan kita.
Dengan keseimbangan antara ketiga peran dan kapasitas yang diperlukan dalam menjalankan peran tersebut, maka akan mucul generasi baru dan era baru mahasiswa yang lebih baik, generasi dari sebuah akumulasi dua era sebelumnya, sudah saaatnya kita bergerak memulai era tersebut, mulailah saat ini, dan mulailah dari diri kita masing – masing. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi?. Maka hari ini Kita menjadi Mahasiswa untuk menjali peran-perannya, karena mahasiswa memiliki pengaruh besar bagi bangsa Indonesia dan menjadi stock Pemimpin Masa Depan. Kesempatan kuliah ini jangan disia-siakan, kita tidak dituntut untuk berprestasi dibidang akademik saja tetapi berprestasi kepada nilai-nilai kebaikan.
Hidup Mahasiswa!!!