Membangun Jati Diri sejak Dini


Oleh :
Suharwijoyo
Ketua Umum KAMMI Al-Aqsho 2012-2013

Suharwijoyo
Ketua umum KAMMI Al-Aqsho 2012-2013
Perubahan zaman yang tidak dapat dipungkiri. Setiap detik, menit pasti ada perubahan, baik itu peubahan pada dunia globalisasi, perubahan sosial politik dll ataukah perubahan pada pada diri pribadi. Dengan berjalannya perkembangan zaman yang begitu pesat, membuat kehidupan dan aktivitas sehari-hari sering tidak berjalan sesuai dengan tujuan atau harapan. Kita hidup pasti memiki tujuan atau visi. Sesuai dengan firman Allah SWT: antaranya untuk menyembah kepada Allah (beriman), memanfaatkan alam semesta (beramal), membentuk sejarah dan peradaban (ilmu). sebab itu perlunya kekuatan pada diri pribdi sebagai benteng kehidupan dalam menghadapi besarnya arus perkembangan globalisasi. Maka kuncinya adalah bagaimana pembanguan karakter atau yang sering disebut dengan jati diri. Itu sudah menjadi pekerjaan rumah (PR) kita sebagai umat muslim untuk membuat perubahan kehidupan berbangsa dan negara, tentunya perubahan kearah lebih baik. Untuk itu awal mulanya membangun jati diri dari sejak dini.
Sekarang sudah menjadi isu pokok dalam sebuah kegiatan seminar atau talk show baik ditingkat lokal maupun nasional untuk membangun jati diri. yang dtang dalam kegiatan tersebut sebagai peserta seminar tidak pernah sedikit. Oleh sebab itu sudah menjadi isu nasional dan kebutuhan untuk sekarang membangun jati diri. karena siswa, mahasiswa sampai masyarakat sudah sedikit mengetahui masalah besar pada bangsa kita sekarang yakni akhlak dan moral. Banyak orang pintar tetapi tidak berakhlak dan bermoral.
Kondisi bangsa saat ini dapat dilihat sejak tahun 1997/1998 dilanda krisis multidimansi yang dampaknya sedang kita alami hingga saat ini dan tak kunjung selesai. Berawal dari adanya krisis moneter, ekonomi, politik, hukum , kepercayaan, kepemimpinan dan yang sangat fatal adalah adanya krisis akhlak dan moral. Yang mempunyai dampak berkelanjutan sampai har ini. Krisis yang semula merupakan krisis identitas menjadi lebih dalam karena menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adanya krisis karakter, terlebih lagi adanya krisis yang berkaitan dengan jati diri.(kutipan buku membangun jati diri bangsa).
Bangsa kita sekarang sudah menjadi bangsa yang korup. Dengan perkembangan globalisasi dan didukung sistem demokrasi di negara RI menjadi arus keterbukaan yang begitu masif. Disetiap media yang ditampilkan tidak jauh dari kasus karupsi, itu pun overinding yang sama dan pelakunya sama. Para pelaku itupun tidak sedikit orang-orang yang berintelektual tapi tidak bermoral dan berakhlak. Karena dengan itu mereka senang-senang diatas kesengsarahan masyarakat. Maka dari tulisan yang sedikit ini, saya mencoba mencurahan pemikiran dengan tulisan dan kegelisahan terhadap bangsa ini, mengajak semuanya untuk memperbaiki akhlak dan moral kita. Allah berfirman didalam  alqu’an: “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa/kaum, sebelum bangsa/kaum itu mengubah apa yang ada didalam diri mereka sendiri”.   
Perlunya pembangunan jati diri dari sejak dini yang perlu dilakukan lewat orang tua dan tidak lepas dari peran pemerintah untuk membuat kebijakan yang berkaitan dengan perbaikan moral dan akhlak para generasi. Karena begitu besarnya arus globalisasi saat ini. Peran orang tua lah yang harusnya lebih peka untuk mendidik anaknya secara lebih progresif dan tidak lepas dituntun dengan nilai-nilai agama. Karena sudah dijelaskan diriwiyat-Nya, jika anak sudah berumur 7 tahun segera disuruh untuk melaksanakan kewajiban shalat. Jika tidak pukullah anak itu. Maksudnya dipukul bukan lewat fisik, tetapi mencoba untuk memberi pelajaran dengan teguran dll. Seperti kata bijak dibawah ini:
“when wealth is lost, nothing is lost when health is lost, something is lost, but when character is lost, everything is lost”.